Dalam bisnis hal yang paling penting adalah permodalan. Dan bagaimana membuat modal datang kepada bisnis kita?
Kita mengandaikan diri sekarang. Anda katakana seroang suami pengenten baru, dimana istri anda belum bisa masak. Lalu sang istri berkata, suamiku, bagaimana kalau dapur peralatannnya di lengkapi, juga di berikan dapur yang bagus, ada plus ada oven, ada kompor , ada utensil peralatan yang lengkap untuk masak. Pasti saya akan bisa masak dalam waktu cepat dan enak.
Sekarang menurut anda, kita pakai akal sehat saja untuk menjawab, ketika anda siapkan semua peralatan tersebut apakah sang istri bisa masak sesuai janjinya? Atau tetap tidak bisa masak dan mengandalkan pembantu atau mengandalkan jari-jarinya di depan smartphone nya yang terhubung dengan apps go-food.
Sekarang kita balik, suaminya sekarang berkata, istriku, kamu kalau sudah bisa membuktikan pandai di dapur dan bersemangat, pasti aku akan perbagus dapur dan menyediakan seluruh peralatan dapur.
Pertanyaan, berapa besar “chance” ketika benar istrinya bisa masak , sang suami benar akan menepati janjinya menyediakan peralatan dan merombak dapur agar keren dan lengkap?
Ternyata dalam statistic dari dua kasus diatas, ketika suaminya menuruti pesan istrinya dimana dapur lengkap dia akan bisa masak peluangnya sang istri bisa masak setelah dapur lengkap hanya 20% alias dari 5 istri yang di perlakukan seperti ini, hanya 1 yang bisa masak.
Maka modal akan sulit datang. Karena pemodal atau funder kalau tidak melihat asset kita, mereka melihat “revenue” atau turn over atau penjualan.
Jadi cara termudah mendapatkan modal sekali lagi, laklukan seperti sang istri yang dapur jelek, seadaanya tetap berusaha masak. Karena semakin sering kita masak, maka hukum “ala bisa karena biasa” tercipta. Sementara green field company yang belum jalan sulit mendapatkan modal karena seperti kenyataan dapur yang lengkap, tetap saja tidak bisa masak. Bisnis yang serba lengkap, belum tentu jalan. Lebih baik, seadanya jalan, walau terseok, walau masak air gosong, tetap lebih baik.
#May peace be upon us Mardigu Wowiek
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
Kita mengandaikan diri sekarang. Anda katakana seroang suami pengenten baru, dimana istri anda belum bisa masak. Lalu sang istri berkata, suamiku, bagaimana kalau dapur peralatannnya di lengkapi, juga di berikan dapur yang bagus, ada plus ada oven, ada kompor , ada utensil peralatan yang lengkap untuk masak. Pasti saya akan bisa masak dalam waktu cepat dan enak.
Sekarang menurut anda, kita pakai akal sehat saja untuk menjawab, ketika anda siapkan semua peralatan tersebut apakah sang istri bisa masak sesuai janjinya? Atau tetap tidak bisa masak dan mengandalkan pembantu atau mengandalkan jari-jarinya di depan smartphone nya yang terhubung dengan apps go-food.
Sekarang kita balik, suaminya sekarang berkata, istriku, kamu kalau sudah bisa membuktikan pandai di dapur dan bersemangat, pasti aku akan perbagus dapur dan menyediakan seluruh peralatan dapur.
Pertanyaan, berapa besar “chance” ketika benar istrinya bisa masak , sang suami benar akan menepati janjinya menyediakan peralatan dan merombak dapur agar keren dan lengkap?
Ternyata dalam statistic dari dua kasus diatas, ketika suaminya menuruti pesan istrinya dimana dapur lengkap dia akan bisa masak peluangnya sang istri bisa masak setelah dapur lengkap hanya 20% alias dari 5 istri yang di perlakukan seperti ini, hanya 1 yang bisa masak.
Mengapa demikian?Secara psikologi pasti sudah bisa di tebak. Kita bahas khusus psikologi ini di tempat lain ya, agak panjang masalah ini di jelaskan karena harus mengunakan kisah pembuktian ekperimental. Adapun tujuan tulisan kali ini adalah tentang mendapatkan modal bisnis, Dalam proyek yang masih green field. Belum jalan, masih konsep, masih ide, belum komersial, atau kalaupun sudah jalan masih “skala lab”.
Maka modal akan sulit datang. Karena pemodal atau funder kalau tidak melihat asset kita, mereka melihat “revenue” atau turn over atau penjualan.
Jadi cara termudah mendapatkan modal sekali lagi, laklukan seperti sang istri yang dapur jelek, seadaanya tetap berusaha masak. Karena semakin sering kita masak, maka hukum “ala bisa karena biasa” tercipta. Sementara green field company yang belum jalan sulit mendapatkan modal karena seperti kenyataan dapur yang lengkap, tetap saja tidak bisa masak. Bisnis yang serba lengkap, belum tentu jalan. Lebih baik, seadanya jalan, walau terseok, walau masak air gosong, tetap lebih baik.
#May peace be upon us Mardigu Wowiek
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
Posting Komentar