Seorang atlit tidak bisa berlari kencang dengan uang di kantongnya, tetapi dengan harapan di pikirannya dan semangat di dadanya

Sebuah study di New York University di tahun 2014 yang di kutip dalam wawancara VOA Voice of America yang saya tonton di Bloomberg TV cukup mengejutkan saya. Walau pun hanya sekilas namun informasi ringan itu cukup bermanfaat bagi orang seperti saya yang peminat 2 hal, statistic dan psikologi.

Data tersebut mengatakan bahwa dalam sebuah Negara misalnya di Jepang, politik hanya mempengaruhi 15 % kehidupan bernegara. Ekonomi 33%, lalu life style 22%, kemudian keluarga 17 %, sisanya lain-lain. Komen di social media juga kurang lebih isinya sama atau persentasinya sama.

Ini mungkin menjelaskan mengapa di Jepang pemerintahan ganti menteri , ganti perdana menteri atau perubahan politik, dari sisi ekonomi dan jalan hidup keseharian berjalan biasa saja, ga banyak pengaruhnya

Ada beberapa negara lagi seperti Singapura, Amerika, Inggris juga di survey yang kurang lebih rata-rata sama politik mempengaruhi 23% di Amerika, Singapura politik mempengaruhi 32%. Bisnis di Amerika mempengaruhi 27%, life style paling tinggi 32%. Di Singapura bisnis dan life style yang paling tinggi juga. Dan di dunia social media juga sepadan, kalau politiknya mempengaruhi 23% di social media kurang lebih komentar nya sama persentasinya.

Ini juga menjelaskan bagi singapura yang mengelola Negara sepereti mengelola perusahaan sehingga pengambilan keputusan sangat bisnis orientasinya. Temasek BUMN singapura melakukan konglomerasi nya di dunia bukan di singapura, adalah putusan politik. Karena memang 32% pengaruh politiknya.

Lalu, ada data tentang Indonesia, ini lah yang bagi saya cukup nyeleneh.


Datanya begini, secara survey politik mempengaruhi 33% kehidupan bernegara di Indonesia, dan ini merupakan factor pengaruh tertinggi dibanding Negara-negara yang di survey, lalu diikuti data bisnis 25% , life style, keluarga saya lupa statistiknya. Yang jadi perhatian para surveyor adalah komentar di media social. Karena tidak relevan, hampir 70% komentar di sosmed adalah politik!

Alias 70% komentar netizen, dunia maya adalah komentar tentang masalah di seputar pemerintahan, legislative, dan kepartaian, bahkan media main stream pun seperti Koran dan TV isinya politik di halaman utama nya.

Hal inilah yang membuat saya berfikir. Mengapa hal yang mempengaruhi 33% bisa di bawa di giring jadi bahan sosmed sampai 70%?!

Saya berkesimpulan sendiri dari data tersebut, bahwa media social dan media utama Koran dan berita tv 70% adalah orang yang 33% ini.

Jadi yang 30% komentar netizen sosmed di bagi masalah : keluarga, bisnis, life style yang secara fakta padahal 70% pengaruhnya dalam kehidupan.
Itu namanya “silent majority”!, yang mayoritas banyak yang diam!


Sesungguhnya yang 70% yang komentar itu semu , hanya buih, hanya mempengarui 33% saja sebenarnya. Jadi saya kalau boleh menghimbau begini kira-kira, wahai saudaraku yang 70%..SPEAK UP!. Mulailah bersuara.

Kurangi komentar politik dengan komentar hal positif tentang prestasi keluarga, tentang peluang usaha, tentang pola makan sehat, tentang agama tanpa menghakimi dan memprovokasi, tentang kebaikan dan karya kreatif. Ribuan topic harus segera di banjiri sehingga semua “in place” pada tempatnya dan pada faktanya.

Saya bermimpi, di dunia maya, sosmed, para netizen komentar dan diskusi bisnis naik menjadi 35%, diskusi keluarga naik 30%, life style, pendidikan semua naik dan kurangi politik hingga 10% kalau perlu.

Bagaimana caranya ya?
# May peace be upon us Mardigu Wowiek, 25 April 2015


Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama