Mengikuti jejak para pebisnis senior main ke retail maka salah satu unit saya putuskan juga ikut main di retail. setekah saya analisa kemudian saya lanjutkan pakai insting saja. Sekarang 1 bulan ini kami selalu rapat panjang karena sedang di buat strateginya.
Ada yang berpendapat bahwa pasar sekarang lagi shifting. jadi kalau ngak ikut shifting kita akan tertinggal. Tetapi rasanya saya sedikit beda pemahamannya (terhadap arti shifting) setahu saya kalau shifting itu perpindahan ke samping. Misalnya dari datang ke toko menjadi menggunakan online. itu shifting. Tetapi kalau ternyata toko yang di datangi “tutup” itu bukan shifting tetapi apa lamanya? dying?
Mengapa saya mengawali dengan dengan kata-kata “mengikuti jejak para pebisnis?”. Pagi ini kami breakfast meeting dengan 8 orang teman lama di hotel baru di gatot subroto. Hadir ada sepasang mantan suami istri, iya mereka sudah cerai tetapi masih menjalin bisnis bersama. cukup unik hubungan beginian.
Mantan suaminya main industry makanan, di bisnis selai. rasanya di Indonesia sampai pelosok di semua warung, pasar, super market, dan restorant capat saji, hotel industry memakai produknya, baik untuk roti ataupun toping icecream. dan banyak lagi. pabriknya besar sekali, nama brand nya M yang terkenal, salah satunya.
Sang mantan istri bisnis obat-obatan, dan merupakan distributor besar karena bisnis keluarga. Nama usahanya dan merek nya kalau di sebutkan sangat terkenal. tapi karena kita bukan mau bicarakan merek dagangnya, jadi sebaiknya tidak di sebut.
Lalu ada distributor kenamaan yang memiliki 1600 truk untuk distribusi, dan pemain bisnis retail lainya. saya tidak sebutkan tetapi nanti akan tahu produk mereka apa saja.
Komentar pertama selagi breakfast di meja bulat besar kami adalah perkataan, gila ya, mie instant turun 4% penjualannya saat ini! never happen before.
Di sambut kalimat pengusaha distribusi tadi, iya nih, susu, teh, minuman dalam kemasan sampai aqua turun loh penjualannya. teh kemasan minus 6 pesen, aqua minus 1 persen. ngak masuk di akal banget. penduduk bertambah, pasar besat namun turun penjualan.
Sekarang di pemilik M bicara, kami perusahana makanan 35 tahun lebih di Indonesia, asli bahan Indonesia, hampir 90% bahan Indonesia dan belum pernah turun 35% dalam setahun penjualannya. kami menyuplai hampir semua pebisnis makanan dan chain restorant, mereka semua turun dan berefek turunnya penjualan kami. Padahal biasanya dalam satu tahun paling penjualan itu pernah datar, mana mungkin sih bisnis makanan datar apa lagi turun jauh. di 98 saja yang parah politiknya sampai presiden 32 tahun terguling terus di timpa krisis panjang sampai tahun 2002 an, turun iya, tetapi tidak sampaI 35% hanya minus 5%.
Salah satunya adalah yang ngak di pikirkan import dumping gila-gilaan dari produk luar. kalau pemerintah ngak “protect” bisa bangkrut semua pabrik makanan. pengusaha ya pilih import, orang pilih jadi pedagang, walau efekn a flight capital keluar negeri. emang gw pikirin!!
Sekarang sang mantan istri ngak mau kalah. industry obat-obatan dengan kebijakan BPJS di tekan abis marginnya dan kecil. jadi penjualan tidak turun tetapi “dagangnya ngak untung”. Jadi saat ini mainan atau jualan herbal, namun sejenis nyonya meneer yang berdiri lama saja tumbang, lah apa lagi kami yang baru mulai karena merasa untung margin nya gede an namun ngak juga.
Kemudian celetukan pengusaha property dan chain hotel yang merek dagangnya namanya BW dengan 20 hotel di seluruh Indonesia komentar. hotel dan hospitality bintang 4 kebawah, bubar jalan. tinggal 40% okupansinya. ngak hidup kita main di hotel.
Saya waktu tahun lalu inget banget si wowiek ini nulis di FBnya bahwa retail akan drop sampai 40% dan cash kering dengan kebijakanan ekonomi begini saya ketawain banget itu tulisan, eh teryata kejadian bener loh sekarang. Sialan luh!!
Luh tahu beginian emang dari mana sih, Wiek? si pengusaha hotel itu bertanya ke saya. Dia dulu satu kampus jadi kenal saya 32 tahun lebih.
Lah kok ke saya arah bicaranya??. Saya bilang khan mudah di tebak arahnya perekonomian dan saya sudah rincikan alasan mengapa retail bakal “crush”. Sejak tahun lalu sudah saya prediksi. karena itu ragu saya main retail. saya baru keinspirasi ketika ketemu si H tuh. saya menunjuk orang di depan saya. jadi baru akan saya lakukan sekarang, main retailnya turun ke bawah, retail kelas C, bawah banget
Kalau kedepanya bagaimana? 2018? 2019? yang lain menimpali.
Walaah..memangnya saya Kotler (Philip), futurolog!!!. hahaha. Saya berusaha “ngeles”, saya lanjut dengan komentar, pokoknya “makan” pasar bawah saja, kelas C di garap. Itu saja rumus “survive”nya. pasar C membesar, pemain atas kita turun saja. paling kemakan pengusaha bawahnya, tetapi itu resiko pemerintah atas kebijakan yang telah di buat. Kita hanya bereaksi atas nama “business as usual” di masa kebijakan “unusual”.
Tetapi demi NKRI, kita mainnya dengan di atas 90% produk localnya. misalnya, ayam lokal, nasi lokal, sumber bahan baku usahakan 90% lokal. kelas C terjaga. petani terjaga, pengusaha C juga terjaga, hanya competitor sejenis kita yang kita makan. Sulit kita “berbagi pasar” karena “red ocean” begini, pasti makan korban.
Kasih tahu dong bocoran kira-kira kedepan bagaimana perekonomian?
Dan karena di desak saya menjawab “for the good time sake” hehe, BUMN banyak yang akan rapor merah, merugi atau setidaknya bermasalah. Pastinya menggangu anggaran Negara.
Kalau BUMN keuangan mungkin aman. Tetapi BUMN produksi yang akan bermasalah, sama seperti kita terutama kawan kawan UMKM yang produksi dan jualan. Seperti BUMN pupuk, pertamina, PLN, antam, garuda dan banyak lagi akan merah raportnya.
Bayangkan BUMN itu “last resource “ loh harusnya tapi , karena swasta produsen bertumbangan, maka menumbangkan BUMN bayangkan kalau hal ini benar terjadi . apa solusinya? ya ada , sekali lagi ada. gampang banget malahan. Mata saya menatap konglomerat muda specialis securitas yang duduk tepat di seberang saya. tuh Tanya dia tuh solusinya.
# Cerita bersambung # madigu
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
Ada yang berpendapat bahwa pasar sekarang lagi shifting. jadi kalau ngak ikut shifting kita akan tertinggal. Tetapi rasanya saya sedikit beda pemahamannya (terhadap arti shifting) setahu saya kalau shifting itu perpindahan ke samping. Misalnya dari datang ke toko menjadi menggunakan online. itu shifting. Tetapi kalau ternyata toko yang di datangi “tutup” itu bukan shifting tetapi apa lamanya? dying?
Mengapa saya mengawali dengan dengan kata-kata “mengikuti jejak para pebisnis?”. Pagi ini kami breakfast meeting dengan 8 orang teman lama di hotel baru di gatot subroto. Hadir ada sepasang mantan suami istri, iya mereka sudah cerai tetapi masih menjalin bisnis bersama. cukup unik hubungan beginian.
Mantan suaminya main industry makanan, di bisnis selai. rasanya di Indonesia sampai pelosok di semua warung, pasar, super market, dan restorant capat saji, hotel industry memakai produknya, baik untuk roti ataupun toping icecream. dan banyak lagi. pabriknya besar sekali, nama brand nya M yang terkenal, salah satunya.
Sang mantan istri bisnis obat-obatan, dan merupakan distributor besar karena bisnis keluarga. Nama usahanya dan merek nya kalau di sebutkan sangat terkenal. tapi karena kita bukan mau bicarakan merek dagangnya, jadi sebaiknya tidak di sebut.
Lalu ada distributor kenamaan yang memiliki 1600 truk untuk distribusi, dan pemain bisnis retail lainya. saya tidak sebutkan tetapi nanti akan tahu produk mereka apa saja.
Komentar pertama selagi breakfast di meja bulat besar kami adalah perkataan, gila ya, mie instant turun 4% penjualannya saat ini! never happen before.
Di sambut kalimat pengusaha distribusi tadi, iya nih, susu, teh, minuman dalam kemasan sampai aqua turun loh penjualannya. teh kemasan minus 6 pesen, aqua minus 1 persen. ngak masuk di akal banget. penduduk bertambah, pasar besat namun turun penjualan.
Sekarang di pemilik M bicara, kami perusahana makanan 35 tahun lebih di Indonesia, asli bahan Indonesia, hampir 90% bahan Indonesia dan belum pernah turun 35% dalam setahun penjualannya. kami menyuplai hampir semua pebisnis makanan dan chain restorant, mereka semua turun dan berefek turunnya penjualan kami. Padahal biasanya dalam satu tahun paling penjualan itu pernah datar, mana mungkin sih bisnis makanan datar apa lagi turun jauh. di 98 saja yang parah politiknya sampai presiden 32 tahun terguling terus di timpa krisis panjang sampai tahun 2002 an, turun iya, tetapi tidak sampaI 35% hanya minus 5%.
Salah satunya adalah yang ngak di pikirkan import dumping gila-gilaan dari produk luar. kalau pemerintah ngak “protect” bisa bangkrut semua pabrik makanan. pengusaha ya pilih import, orang pilih jadi pedagang, walau efekn a flight capital keluar negeri. emang gw pikirin!!
Sekarang sang mantan istri ngak mau kalah. industry obat-obatan dengan kebijakan BPJS di tekan abis marginnya dan kecil. jadi penjualan tidak turun tetapi “dagangnya ngak untung”. Jadi saat ini mainan atau jualan herbal, namun sejenis nyonya meneer yang berdiri lama saja tumbang, lah apa lagi kami yang baru mulai karena merasa untung margin nya gede an namun ngak juga.
Kemudian celetukan pengusaha property dan chain hotel yang merek dagangnya namanya BW dengan 20 hotel di seluruh Indonesia komentar. hotel dan hospitality bintang 4 kebawah, bubar jalan. tinggal 40% okupansinya. ngak hidup kita main di hotel.
Saya waktu tahun lalu inget banget si wowiek ini nulis di FBnya bahwa retail akan drop sampai 40% dan cash kering dengan kebijakanan ekonomi begini saya ketawain banget itu tulisan, eh teryata kejadian bener loh sekarang. Sialan luh!!
Luh tahu beginian emang dari mana sih, Wiek? si pengusaha hotel itu bertanya ke saya. Dia dulu satu kampus jadi kenal saya 32 tahun lebih.
Lah kok ke saya arah bicaranya??. Saya bilang khan mudah di tebak arahnya perekonomian dan saya sudah rincikan alasan mengapa retail bakal “crush”. Sejak tahun lalu sudah saya prediksi. karena itu ragu saya main retail. saya baru keinspirasi ketika ketemu si H tuh. saya menunjuk orang di depan saya. jadi baru akan saya lakukan sekarang, main retailnya turun ke bawah, retail kelas C, bawah banget
Kalau kedepanya bagaimana? 2018? 2019? yang lain menimpali.
Walaah..memangnya saya Kotler (Philip), futurolog!!!. hahaha. Saya berusaha “ngeles”, saya lanjut dengan komentar, pokoknya “makan” pasar bawah saja, kelas C di garap. Itu saja rumus “survive”nya. pasar C membesar, pemain atas kita turun saja. paling kemakan pengusaha bawahnya, tetapi itu resiko pemerintah atas kebijakan yang telah di buat. Kita hanya bereaksi atas nama “business as usual” di masa kebijakan “unusual”.
Tetapi demi NKRI, kita mainnya dengan di atas 90% produk localnya. misalnya, ayam lokal, nasi lokal, sumber bahan baku usahakan 90% lokal. kelas C terjaga. petani terjaga, pengusaha C juga terjaga, hanya competitor sejenis kita yang kita makan. Sulit kita “berbagi pasar” karena “red ocean” begini, pasti makan korban.
Kasih tahu dong bocoran kira-kira kedepan bagaimana perekonomian?
Dan karena di desak saya menjawab “for the good time sake” hehe, BUMN banyak yang akan rapor merah, merugi atau setidaknya bermasalah. Pastinya menggangu anggaran Negara.
Kalau BUMN keuangan mungkin aman. Tetapi BUMN produksi yang akan bermasalah, sama seperti kita terutama kawan kawan UMKM yang produksi dan jualan. Seperti BUMN pupuk, pertamina, PLN, antam, garuda dan banyak lagi akan merah raportnya.
Bayangkan BUMN itu “last resource “ loh harusnya tapi , karena swasta produsen bertumbangan, maka menumbangkan BUMN bayangkan kalau hal ini benar terjadi . apa solusinya? ya ada , sekali lagi ada. gampang banget malahan. Mata saya menatap konglomerat muda specialis securitas yang duduk tepat di seberang saya. tuh Tanya dia tuh solusinya.
# Cerita bersambung # madigu
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
Posting Komentar