Dalam 3,5 tahun ini pencapaian pertumbuhan ekonomi tidak berjalan baik. Dan harus dengan gagah di akui. Sudah lah para menteri dan para pejabat stop menjilat pak presiden. Katakan sebenarnya tentang ekonomi yang turun dan kita perbaiki.
Kelas menengah kelas B kegenjet hingga 40% turun dan ini menyebabkan B turun kekelas bawah ke C. untung mereka kaum B yang 40% ini hanya 15% populasi, makanya “suara kepuasan” masih terjaga karena kelas C yang merupakan 60% penduduk masih aman.
Tapi saya melihatnya lain, artinya memang ekonomi tidak berputar atau ekonomi tidak memberikan “nilai tambah” pada Negara karena ketidak mampuan kelola. Dan sekali lagi saya minta ini di akui.
Kalau ini penyebabnya adalah BUMNisasi saya sudah katakan sejak 2 tahun yang lalu. Bukan tebak-tebak buah mangis loh saya 2 tahun yang lalu sudah mulai menginformasikannya. Ini perhitungan matematis, ini perhitungan algorima biasa. Hanya 2 tahun yang lalu yang ngak ada yang berani menyatakannya.
Saya saja karena bakal ke genjet jadi “teriak” dan saya waktu itu memberikan solusinya, jangan pakai BUMN semua dalam membangun infrastruktur. Lah ngak percaya.
Dan sekarang terbukti.
Maka pertanyaan saya hari ini adalah kalau pak Jokowi terpilih lagi jadi presiden apakah Rinso dan LBP di pakai lagi? Maka jawabnya adalah PASTI di pakai lagi.
Maka saya bisa pastikan, plutokrasi terjadi. Lebih doyong lagi nih ekonomi kearah stagnan, berhenti. Percaya saya, BUMNISASI gitu loh?
Padahal saya ingin sekali membantu Negara ini berdiri tanpa uang china,tanpa teknologi china, dan tampa labour china. Tapi si sontoloyo ini bisa apa? di lingkar istana di benci orang seperti saya ini. saran sudah saya kasih padahal, masak mengkritik doang ya bukan bossman kalau ngritik doang. Abis kritik pasti kasih solusi.
Contoh? Kalau kita ingin meningkatkan produkfitas, maka lakukan sesuatu yang belum di lakukan.
Kalau kita melakukan hal yang sama, walau lebih baik, lebih efisien, namun “incremental value” nilai kenaikannya tidak mungkin bisa lebih tinggi banyak, hanya sedikit. Apalagi yang memikirkannya atau yang melakukannya ya orangnya itu-itu juga atau dia lagi dia lagi. Tidak akan bisa. Uwis ta lah, di kandani ra percoyo!!
Club bola misalnya, manchester united, kalau masih pakai paul scholes, beckam, ryan gigs ya pasti terjun ke divisi bawah , karena sudah “old legs” mereka itu. Ganti pemain seperti sekarang, mereka yang usianya masih belasan tahun, yang usianya masih di awal 20 tahunan. Umurnya yang masih masuk masa “numerator”, masih masuk kaum factor “pengali”.
Nah ini kita balik lagi ke tulisan sebelum ini, tentang “denominator” jadinya.
Denominator adalah usia manusia tidak produktif lagi. Katakan usia pensiun 55-60 tahun. Mereka ini adalah kaum denominator. Di anggap tidak produktif lagi. Begini perhitungannya.
Mungkin saja usianya (seseorang) itu 60 tahun, uangnya misdalnya ada 50 milyar di deposito. Ketika dia melakukan investasi pada sekelompok anak muda usia 20 tahunan untuk berbisnis katakan cybergold untuk menyaingi bitcoin yang kemudian meledak untung besar. Sang investor tidak termasuk kaum numerator. Yang masuk numerator adalah yang 20 tahunan tadi. Ya ngak bisa ekonomi di hitung 2 kali. Sekali saja di prestasi yang 20 tahunan tadi numeratornya.
Saya coba memberi penjelasan sekali lagi tentang denominator.
GDP adalah numerator di BAGI ( oleh denominator menjadi GDP percapita. Betul?
GDP nasional Indonesia 918 milyar dolar di bagi jumlah penduduk 260 juta maka GDP per capita adalah 3.600 an , seperti keadaan saat ini.
Jadi kaum denominator adalah kaum pembagi atau pemberat. Kaum numerator adalah kaum prestasi, dan biasanya di wakili oleh usia produktif 18-58 tahun dalam range skala usia.
Jadi kalimat sang chief yang mengatakan “suatu hari kita akan jadi denominator” dalam tulisan sebelum ini sudah mulai di fahami khan?
Sekarang growth yang di maksud oleh pemerintah adalah pertumbuhan yang GDP nasional atau GDP percapita? Benar GDP nasional naik 5% namun apakah GDP per capita apa naik 5% juga? Nah anda sendiri yang menjawab, jangan jangan ngak sampai 5% atau malah turun GDP percapitanya, karena apa? karena factor “denominator”nya besar dan factor “numeratornya” BUMN dan BUMN tidak untung, tidak membuat “nilai tambah-value added”.
Masih kurang cukup bukti? Sekali lagi jangan anggap saya ini anti pemerintah, anti jokowi, bukan loh ya?! saya ini anti BUMN!!!!. BUMN yang di giniin seperti sekarang ini saya anti.
Kembali ke teori dasar “Total Factor Produksi”, jangan sampai menteri kabinet ngak mengerti ilmu dasar begini ya geblek bener , negara bisa bubrah ekonominya. Heran, Lah kok bisa jadi menteri itu loh?
Kita ulangi ya teorinya = L x C x T x R. pasti tahu semua lah. Iya khan?
L nya apa? labour. Bener, buruh pekerja professional adalah Numerator. Jadi labour adalah factor “numerator” ingat loh ya. Eh kalau buruh cina bagaimana? Ehhmm bagimana ya? Boleh jujur? mereka numerator Labour (seharusnya) tetapi ingat, uang tadi 90% di bawa balik ke kampung halamannya. Jadi mereka bukan numerator BAGI INDONESIA.
Mau di terusin lagi? Dengan C. C adalah capital. Masuknya uang adalah numerator. Kalau masuk ngak keluar-keluar beeeh itu Negara langsung naik growth nya, dan GDP percapita juga naik dengan mantap. Tapi kalau hutangan, di bukukan tahun masuk investasi si numerator, begitu uang di kembalikan plus modal plus untung dagang. Ya habis deh uang di tanah air di bawa keluar lagi. Jadi sementara saja jadi numeratornya.
Sementara factor pembagi semakin banyak yaitu populasi Indonesia bisa naik ke 270 di tahun 2020 dan 300 juta di tahun 2030. Binus demografi tidak menjadi keuntungan malah menjadi pemberat pembagi yang banyak.
Ini bagi saya membuktikan bahwa BUMN tidak menjadi acelator pembangunan. Malah menjadi resistensi factor (penghambat) dalam growth ekonomi nasional. Tuh khan si sontoloyo ini gitu orangnya. Kebawa emosi mulu sama BUMN.
Karena itu saya ngak tega meneruskan ke 2 faktor lagi yaitu T x R. bener deh. Saya ngak tega. Takut dianggap provokator. Dan juga saya sadar, yang suka sama informasi begini juga sedikit. Padahal saya ini mau ngingetin pejabat saja. Tapi pada gampang baper. Ngak boleh ya emangnya sayang sama pemimpin bangsa terus ngingetin. Takut bener sih di kritik. Takut bener sih ngak jabat lagi. #peace #mardigu
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
Kelas menengah kelas B kegenjet hingga 40% turun dan ini menyebabkan B turun kekelas bawah ke C. untung mereka kaum B yang 40% ini hanya 15% populasi, makanya “suara kepuasan” masih terjaga karena kelas C yang merupakan 60% penduduk masih aman.
Tapi saya melihatnya lain, artinya memang ekonomi tidak berputar atau ekonomi tidak memberikan “nilai tambah” pada Negara karena ketidak mampuan kelola. Dan sekali lagi saya minta ini di akui.
Kalau ini penyebabnya adalah BUMNisasi saya sudah katakan sejak 2 tahun yang lalu. Bukan tebak-tebak buah mangis loh saya 2 tahun yang lalu sudah mulai menginformasikannya. Ini perhitungan matematis, ini perhitungan algorima biasa. Hanya 2 tahun yang lalu yang ngak ada yang berani menyatakannya.
Saya saja karena bakal ke genjet jadi “teriak” dan saya waktu itu memberikan solusinya, jangan pakai BUMN semua dalam membangun infrastruktur. Lah ngak percaya.
Dan sekarang terbukti.
Maka pertanyaan saya hari ini adalah kalau pak Jokowi terpilih lagi jadi presiden apakah Rinso dan LBP di pakai lagi? Maka jawabnya adalah PASTI di pakai lagi.
Maka saya bisa pastikan, plutokrasi terjadi. Lebih doyong lagi nih ekonomi kearah stagnan, berhenti. Percaya saya, BUMNISASI gitu loh?
Padahal saya ingin sekali membantu Negara ini berdiri tanpa uang china,tanpa teknologi china, dan tampa labour china. Tapi si sontoloyo ini bisa apa? di lingkar istana di benci orang seperti saya ini. saran sudah saya kasih padahal, masak mengkritik doang ya bukan bossman kalau ngritik doang. Abis kritik pasti kasih solusi.
Contoh? Kalau kita ingin meningkatkan produkfitas, maka lakukan sesuatu yang belum di lakukan.
Kalau kita melakukan hal yang sama, walau lebih baik, lebih efisien, namun “incremental value” nilai kenaikannya tidak mungkin bisa lebih tinggi banyak, hanya sedikit. Apalagi yang memikirkannya atau yang melakukannya ya orangnya itu-itu juga atau dia lagi dia lagi. Tidak akan bisa. Uwis ta lah, di kandani ra percoyo!!
Club bola misalnya, manchester united, kalau masih pakai paul scholes, beckam, ryan gigs ya pasti terjun ke divisi bawah , karena sudah “old legs” mereka itu. Ganti pemain seperti sekarang, mereka yang usianya masih belasan tahun, yang usianya masih di awal 20 tahunan. Umurnya yang masih masuk masa “numerator”, masih masuk kaum factor “pengali”.
Nah ini kita balik lagi ke tulisan sebelum ini, tentang “denominator” jadinya.
Denominator adalah usia manusia tidak produktif lagi. Katakan usia pensiun 55-60 tahun. Mereka ini adalah kaum denominator. Di anggap tidak produktif lagi. Begini perhitungannya.
Mungkin saja usianya (seseorang) itu 60 tahun, uangnya misdalnya ada 50 milyar di deposito. Ketika dia melakukan investasi pada sekelompok anak muda usia 20 tahunan untuk berbisnis katakan cybergold untuk menyaingi bitcoin yang kemudian meledak untung besar. Sang investor tidak termasuk kaum numerator. Yang masuk numerator adalah yang 20 tahunan tadi. Ya ngak bisa ekonomi di hitung 2 kali. Sekali saja di prestasi yang 20 tahunan tadi numeratornya.
Saya coba memberi penjelasan sekali lagi tentang denominator.
GDP adalah numerator di BAGI ( oleh denominator menjadi GDP percapita. Betul?
GDP nasional Indonesia 918 milyar dolar di bagi jumlah penduduk 260 juta maka GDP per capita adalah 3.600 an , seperti keadaan saat ini.
Jadi kaum denominator adalah kaum pembagi atau pemberat. Kaum numerator adalah kaum prestasi, dan biasanya di wakili oleh usia produktif 18-58 tahun dalam range skala usia.
Jadi kalimat sang chief yang mengatakan “suatu hari kita akan jadi denominator” dalam tulisan sebelum ini sudah mulai di fahami khan?
Sekarang growth yang di maksud oleh pemerintah adalah pertumbuhan yang GDP nasional atau GDP percapita? Benar GDP nasional naik 5% namun apakah GDP per capita apa naik 5% juga? Nah anda sendiri yang menjawab, jangan jangan ngak sampai 5% atau malah turun GDP percapitanya, karena apa? karena factor “denominator”nya besar dan factor “numeratornya” BUMN dan BUMN tidak untung, tidak membuat “nilai tambah-value added”.
Masih kurang cukup bukti? Sekali lagi jangan anggap saya ini anti pemerintah, anti jokowi, bukan loh ya?! saya ini anti BUMN!!!!. BUMN yang di giniin seperti sekarang ini saya anti.
Kembali ke teori dasar “Total Factor Produksi”, jangan sampai menteri kabinet ngak mengerti ilmu dasar begini ya geblek bener , negara bisa bubrah ekonominya. Heran, Lah kok bisa jadi menteri itu loh?
Kita ulangi ya teorinya = L x C x T x R. pasti tahu semua lah. Iya khan?
L nya apa? labour. Bener, buruh pekerja professional adalah Numerator. Jadi labour adalah factor “numerator” ingat loh ya. Eh kalau buruh cina bagaimana? Ehhmm bagimana ya? Boleh jujur? mereka numerator Labour (seharusnya) tetapi ingat, uang tadi 90% di bawa balik ke kampung halamannya. Jadi mereka bukan numerator BAGI INDONESIA.
Mau di terusin lagi? Dengan C. C adalah capital. Masuknya uang adalah numerator. Kalau masuk ngak keluar-keluar beeeh itu Negara langsung naik growth nya, dan GDP percapita juga naik dengan mantap. Tapi kalau hutangan, di bukukan tahun masuk investasi si numerator, begitu uang di kembalikan plus modal plus untung dagang. Ya habis deh uang di tanah air di bawa keluar lagi. Jadi sementara saja jadi numeratornya.
Sementara factor pembagi semakin banyak yaitu populasi Indonesia bisa naik ke 270 di tahun 2020 dan 300 juta di tahun 2030. Binus demografi tidak menjadi keuntungan malah menjadi pemberat pembagi yang banyak.
Ini bagi saya membuktikan bahwa BUMN tidak menjadi acelator pembangunan. Malah menjadi resistensi factor (penghambat) dalam growth ekonomi nasional. Tuh khan si sontoloyo ini gitu orangnya. Kebawa emosi mulu sama BUMN.
Karena itu saya ngak tega meneruskan ke 2 faktor lagi yaitu T x R. bener deh. Saya ngak tega. Takut dianggap provokator. Dan juga saya sadar, yang suka sama informasi begini juga sedikit. Padahal saya ini mau ngingetin pejabat saja. Tapi pada gampang baper. Ngak boleh ya emangnya sayang sama pemimpin bangsa terus ngingetin. Takut bener sih di kritik. Takut bener sih ngak jabat lagi. #peace #mardigu
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
إرسال تعليق