Banyak yang bertanya kepada saya mengapa di tahun 2018 ini saya membalik banyak pemahaman terutama bisnis. Yang terkesan dalam2 tahun kemarin saya menganggap ekonomi Indonesia turun (yang terbukti memang turun) tetapi saya malah sekarang semangat dan melakukan ekspansi. Padahal gejala lesu dan turun trendnya masih kuat sesuai dengan analisa pakar.
Sebuah anomaly pemahaman.
Yang jelas di kepala saya mengatakan kelas C meningkat jumlah pasarnya karena kelas B (menengah) turun ke bawah. Lalu kelas A yang sangat merk asing “minded” mulai berkurang juga belanja barang mewahnya namun tidak akan mereka turun ke B.
Itu saya lihat jelas sekali. Kesimpulan saya, pasar A tidak ada pengganti, mereka yang ngak belanja juga, asik asik saja komunitas A ini.
Saya bukan mau main di kelas C tetapi di A. di pasar mengecil namun potensinya tetap besar. Di kelas B turun 40% ke C. bayangkan kelas C naik 40% kebanjiran fulus dan demand dari kelas B. saran saya , monggo garap C. namun saya menggarap A.
Saya menggarap kelas 3% populasi saja. Kelas A di Indonesia itu kelas yang unik dan spesifik. Cerewet, sombong, demanding penuntut, minta dilayani dan di hormati tetapi mereka kurang menghormati, namun mereka royalnya top dah, super boros.
Dalam bisnis satu hal yang harus kita fahami, ada banyak jurus sebenarnya, namun saya punya credo sendiri. saya harus taat pada profit. Melayani kelas A walau makan “hati” saya ngak perduli, yang penting”fulus ente pindah ke kantong ane” dan mereka dengan senang hati kemudian mempromosikan produk kita. Itu kunci utama.
Dalam melihat cara lain anomaly bisnis saya itu, begini. Hanya 3% rating penonton metrotv dan TVone, hanya 5% orang menonton kompasTV dan netTV. Yang menonton RCTI, SCTV, INDOSIAR di jumlah bisa 60% populasi .
Secara hitung dagang, total 8% yang menonton tvone, metro, kompas, nettv belanja, spending dan asset mereka sama dengan yang 60% di TV sinetron tadi. Jadi mengiklankan jaguar di 8% tadi. Mengiklankan kacang dan mie instant di 60% tadi.
Dalam bisnis menurut pengalaman saya jangan coba-coba ambil semua lini pasar. Karena setiap pasar ada “behavior”nya. Behavior inilah yang menentukan “impuls buying”. Dorongan belanja, itu penting untuk di fahami. Bisnis itu 90% masalah psikologi, masalah emosi, bukan masalah logika. Engak heran yang belanja banyak kaum wanita karena sisi emosinya, dan pria pun di tarik sisi “kromosom X”nya.
Nah sebentar lagi tulisan tentang psikologi bisnis ini berlanjut. Karena sayang khan kita ini selama ini hanya menjadi “makanan” perusahaan asing atau merk asing karena mereka mengerti sekali meng”ekploitasi” sisi kejiwaan konsumen Indonesia. Sementara kita khan mau berdaulat, produk kita harus berputar di tanah air dan ekport. Sementara di pikiran banyak yang mau masuk bisnis di kira dagang itu hanya “beli di harga murah jual di harga mahal”, ya ngak begitu juga ya. Memang bisnis semudah perkataannya motivator hahahaha. Lanjut? #peace #mardigu
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
Sebuah anomaly pemahaman.
Yang jelas di kepala saya mengatakan kelas C meningkat jumlah pasarnya karena kelas B (menengah) turun ke bawah. Lalu kelas A yang sangat merk asing “minded” mulai berkurang juga belanja barang mewahnya namun tidak akan mereka turun ke B.
Itu saya lihat jelas sekali. Kesimpulan saya, pasar A tidak ada pengganti, mereka yang ngak belanja juga, asik asik saja komunitas A ini.
Saya bukan mau main di kelas C tetapi di A. di pasar mengecil namun potensinya tetap besar. Di kelas B turun 40% ke C. bayangkan kelas C naik 40% kebanjiran fulus dan demand dari kelas B. saran saya , monggo garap C. namun saya menggarap A.
Saya menggarap kelas 3% populasi saja. Kelas A di Indonesia itu kelas yang unik dan spesifik. Cerewet, sombong, demanding penuntut, minta dilayani dan di hormati tetapi mereka kurang menghormati, namun mereka royalnya top dah, super boros.
Dalam bisnis satu hal yang harus kita fahami, ada banyak jurus sebenarnya, namun saya punya credo sendiri. saya harus taat pada profit. Melayani kelas A walau makan “hati” saya ngak perduli, yang penting”fulus ente pindah ke kantong ane” dan mereka dengan senang hati kemudian mempromosikan produk kita. Itu kunci utama.
Dalam melihat cara lain anomaly bisnis saya itu, begini. Hanya 3% rating penonton metrotv dan TVone, hanya 5% orang menonton kompasTV dan netTV. Yang menonton RCTI, SCTV, INDOSIAR di jumlah bisa 60% populasi .
Secara hitung dagang, total 8% yang menonton tvone, metro, kompas, nettv belanja, spending dan asset mereka sama dengan yang 60% di TV sinetron tadi. Jadi mengiklankan jaguar di 8% tadi. Mengiklankan kacang dan mie instant di 60% tadi.
Dalam bisnis menurut pengalaman saya jangan coba-coba ambil semua lini pasar. Karena setiap pasar ada “behavior”nya. Behavior inilah yang menentukan “impuls buying”. Dorongan belanja, itu penting untuk di fahami. Bisnis itu 90% masalah psikologi, masalah emosi, bukan masalah logika. Engak heran yang belanja banyak kaum wanita karena sisi emosinya, dan pria pun di tarik sisi “kromosom X”nya.
Nah sebentar lagi tulisan tentang psikologi bisnis ini berlanjut. Karena sayang khan kita ini selama ini hanya menjadi “makanan” perusahaan asing atau merk asing karena mereka mengerti sekali meng”ekploitasi” sisi kejiwaan konsumen Indonesia. Sementara kita khan mau berdaulat, produk kita harus berputar di tanah air dan ekport. Sementara di pikiran banyak yang mau masuk bisnis di kira dagang itu hanya “beli di harga murah jual di harga mahal”, ya ngak begitu juga ya. Memang bisnis semudah perkataannya motivator hahahaha. Lanjut? #peace #mardigu
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
إرسال تعليق