Selalu ada 3 sisi cerita, cerita sisi saya, cerita sisi anda, dan fakta“Pak boleh minta waktu untuk berbagi. Kami ber 5 merasa perlu berdiskusi dengan bapak”. Ini adalah permintaan dari staf anak usaha perusahaan dimana saya sebenarnya posisinya jauh dari penting dan hampir tidak ada kekuasaanya.
Saya bertanya balik, “saya ini bukan atasan kalian. Juga bidang yang kalian kuasai jauh banget dari ketrampilan saya, saya tidak faham blas. Ngak ngerti apa-apa. Saran apa yang bisa saya berikan kira-kira?”
Kalimat tersebut hanya membuat kelima orang tersebut saling bertatapan mata. Mereka adalah professional yang memiliki lebih dari 15 tahun rata-rata di bidang hospitality, mereka yang sangat professional, dan baru bergabung dengan organisasi kami 2 tahun belakangan ini.
Saya sebenarnya tidak mengiyakan untuk menyediakan waktu untuk mereka namun seperti kebiasaan saya, saya memilih bertanya terlebih dahulu. Setidaknya sebagai pembenaran saya untuk menolak halus permintaan waktu saya dengan mereka.
Saya merasa tidak memerlukan diskusi dengan mereka hingga minggu depan, saya kurang data. Namun mereka memiliki sisi pandang lain, mungkin diskusi dengan saya sekarang-sekarang ini menjadi hal yang harus di dahulukan.
Saya bertanya, mengapa harus sharing dengan saya sekarang?
Setelah beberapa saat mereka saling tatap satu dengan yang lain akhirnya mereka sepakat menunjuk pria paruh baya di hadapan saya untuk bicara. Dia merupakan seorang yang memiliki beragam posisi dalam dunia hospitality dengan keilmuan dasar adalah Food & beverage.
Dia berkata, pak..kami merasa heran dengan putusan kantor pusat yang salah satu direksinya menjadi unsur paling dominan dalam setiap rapat. Idenya dan tindakan kantor pusat semua berdasar informasi dari dia. Dan dia seorang akunting totok yang sangat kacamata kuda.
Lalu apa masalahnya? Saya bertanya mencoba menggali informasi lebih dalam. Sejatinya saya tertarik dengan prolog pilihannya. “Akunting berkacamata kuda”.
Begini pak, orang akunting itu selalu berfikir bahwa satu tambah satu dua. Sementara orang finance satu tambah satu bisa apa saja.lalu pebisnis seperti bapak selalu berkata kepada kami yaitu satu tambah satu yang penting profit.
Hahahahaha..meledak tawa saya seketika.
Dia melanjutkan, bayangkan pak, seluruh laporan, tindakan bisnis, operation kami mendadak penuh dengan kertas, rapat, pertemuan, persetujuan sebelum, dan sesudah yang semua memerlukan lembaran bukti, catatan rapat, persetujuan approve sana sini. Dari bawah sampai kepusat bisa membuat organisasi lambat jalannya dan kami telah puluhan tahun menjalankan roda professional memiliki pengalaman panjang tidak pernah serumit ini.
Kami harus menyingkat data dan proses pengambilan keputusan cepat. Walau benar seluruh bukti administrasi wajib kami siapkan namun prosenya tidak panjang seperti apa yang dia putuskan saat ini. Benar-benar membuat kami bingung. Kami di pimpin oleh orang yang tidak mengerti dan kayaknya tidak mau mengerti.
“Sebentar-sebentar..yang terakhir bukan masalah pekerjaan tapi pendapat pribadi atas ketidak setujuan tindakan atasan. Jangan begitu kalau hendak share sama saya. jangan campurkan fakta dengan opini pribadi” Saya berkata berusaha meluruskan keadaan.
Kalau mau share sama saya, syaratnya satu. Hanya diskusi fakta. Saya tidak terima opini, saya tidak terima perasaan, saya tidak terima kata-kata yang ada unsur : katanya, kayaknya, jangan-jangan, sepertinya…. Saya hanya terima fakta.
Mereka semua terdiam dan saya tatap satu-satu mata mereka. Yang semuanya menganguk setuju. Saya sangat tegas urusan yang satu ini. Saya ngak suka gossip, drama, apa lagi fitnah. Bisnis ya bisnis. Straight to the point, mana uangnya – where is the money?!.
Sebelum kita share, izin kan saya menceritakan sedikit sisi pandang dalam perusahaan kita. Hal ini menjadi masalah saya juga. Setelah mendengan cerita singkat saya, pasti saya akan tanya kalian lagi perlukah share dengan saya. hanya 5 menit cerita.
Mereka mengangguk.
Saat ini saya berada di barak. Bagi seorang prajurit berada di barak adalah penghinaan tertinggi. Bagi seorang prajurit lebih baik bertumpah darah di medan perang daripada berada di barak. Untuk 1 hal saya berada di barak yaitu ketika saya memilih medan pertempuran yang berbeda dengan jalur perang yang biasa perusahaan induk pilih.
Begini ilustrasi ringkasnya. Saya dalam bisnis focus saya membangun asset atau solvabilitas. Bahkan terkadang saya tidak memerlukan revenue atau turn over atau penjualan. Bahkan zero sales, saya berani. Bagi banyak orang itu salah, bahkan dosa besar, haram hukumnya.
Bagi seorang berbasis akunting, finance keuangan maka arus kas atau cashflow di perhatikan utama. Sementara saya memperhatikan nomor dua urusan tersebut. Bagi saya, asset tumbuh dulu baru penjualan. Banyak yang bilang ini gila, dan saya juga setuju, lah emang saya gila.
Misalnya keptusan saya masuk membeli asset dengan pinjaman. Ini di tentang habis sementara dalam pengalaman pribadi saya , saya sudah lakukan hal ini beberapa kali dan sukses. Saya punya rekor tersebut.
Suatu hari saya naksir berat dengan tanah + bangunan seharga 1 milyar di kawasan jatipadang, pasar minggu. Lahan seluas 2000 meter tersebut saya tahu pasaranya 2 milyar. Pemilik butuh uang, maka 1 M dilepasnya.
Saya tidak punya uang tunai di tangan saat itu, kalau saya pinjam bank 1M maka perbulan saya harus menyicil sekitar 24 jutaan selama 5 tahunan. Income saya waktu itupun belum bisa menyicil karena masih ada kebutuhan rutin bulanan. Tapi feeling saya yakin sekali 3- 5 tahun harga itu mendekati 5 Milyar.
Maka saya putuskan ambil pinjaman 1,6 milyar dari bank. Yang 1 M saya bayar ke pemilik, yang 600 juta saya pakai buat bayar bunga pokok selama 2-3 tahun ditambah uang pendapatan saya lainya. Saya yakin sekali keputusan saya tersebut.
Singkat cerita, 2 tahun berlalu tanah tersebut saya pasarkan dengan harga yang jauh di atas investasi awal saya. saya tanpa revenue, pakai pinjaman, modal nol, bisa punya asset yang saya jual dengan harga baik. Dan ini pengalam nyata saya.
Bagi orang kebanyakan itu ide gila dan perlu urat baja. Sekali salah, nama di dunia keuangan cemar. Bisa raport merah di BI dan banyak ketidak percayaan lainnya yang akan menimbulkan rendahnya sukses dikemudian hari karena kita dinyatakan tidak capable, tidak trustable.
Saat ini saya melakukan lagi investasi tersebut. Bahkan lebih gila lagi atas nama poerusahaan. Intuisi saya, pengalman saya cukup, sehingga Saya tahu sekali jalan keluarnya. Yang saya perlukan adalah “time”. Sama seperti investasi di atas, yang saya perlukan adalah “time” 2-3 tahun.
Baru 1 tahun berjalan saat ini, orang –orang berbasis akunting dan finance tadi tegang, ragu, dan tidak memberikan saya waktu 2-3tahun kedepan, tetapi sekarang juga dengan pertanyaan mana jualannya, mana sales buat cover expense overhead? Yang saya jawab ..program saya memerlukan pinjaman lagi untuk mengcover biaya. Hal itu tidak disetujui. Karena tidak ada counter nya, alias tidak ada lawannya di pembukuan. Ada biaya keluar tetapi tidak ada uang masuk. Pinjaman dianggap bukan uang masuk tetapi beban, cost, biaya.
Saya faham maksud orang akunting ini. Saya faham maksud orang finance ini. Kalau mereka pebisnis, selesai diskusinya. Yang saya harap mereka pe-bisnis pola pikirnya. Namaun kalau mereka pegawai akunting, berbasis neraca dan balance sheet sebagai landasan berfikir, pasti bubar, pasti bingung, pasti saya dilihat salah. Yang saya akui, saya salah, dari kaca mata mereka.
Saya pun meminta hal yang berat bagi mereka, yaitu saya minta waktu. Ternyata waktu itu tidak di berikan. Ya sudah, saya likuidasi. Habis perkara. Back to square one, zero again. Balik dari awal. Ngak apa-apa juga sih. Saya bisa mulai lagi kapanpun. Hanya pasti satu hal, bukan dengan mereka.
Baik, saya stop cerita saya, yang hanya membuktikan satu hal. Saya faham maksud kalian. Akunting berkacamata kuda tadi. Kembali kepertanyaan haruskan kita berbagi sekarang? Maka izin kan saya bertanya 2 hal. Apakah kalian nyaman di posisi terakhir saat ini?
Pertanyaan tersebut mereka jawab satu-satu namun sama jawabannya, mereka tidak nyaman.
Pertanyaan kedua, adakah prospek masa depan bisnis kita. Yang di jawab dengan semangat, banyak pak, sangat optimis.
Jadi, masalah anda hanya ketidak nyamanan. Sebaiknya kalian mencari akar ketidak nyamanan tersebut dan nyatakan kepada pimpinan kalian. Buat kesepakatan supaya kenyamanan dua belah pihak itu ketemu dan tercapai seperti apa. Sama seperti nikah. Bacakan taktik talak. Jika setuju, ijab Kabul dilakukan. Kalau ngak ketemu kenyamanan, atau pimpinan tidak bisa menemukan kenyamanan anda, apa solusi atas ketidak nyamanan tersebut?
Anda akan ketemu dengan dua pilihan lagi. Yang ini bisa saya pastikan, kalau kalian “a winner” seorang pemenang anda pasti pindah ketempat lain. Kalau kalian “a looser” seorang pecundang anda memilih bertahan walau menjadi zombie, mayat hidup. setiap hari anda mati sebenarnya tapi karena terpaksa anda terima kondisi tersebut. # may peace be upon us #Mardigu Wowiek, Oktober 2015
Aplikasi Jual Beli Emas dari Bos Man Mardigu
Klik Link => dinaran-gold.com
إرسال تعليق